Minggu, 26 Juli 2015

Borgol Cinta cara Polisi Mendekatkan Diri dengan Masyarakat. ( Tak semua Polisi Jahat )



Borgol Cinta, apa itu ya ... ?
Kalau lihat bendanya, waduh borgol alat yang digunakan untuk mengikat tangan para penjahat dan para koruptur. Tapi apa yang ada di pikiranmu jika borgol itu terbuat dengan cinta?
Sebenarnya borgol cinta bukanlah nama benda melainkan nama sebuah judul lagu yang dimainkan oleh beberapa anggota Polantas dengan tujuan untuk bisa lebih mendekatkan diri dengan masyarakat. 

Seperti kita tahu bahwa citra polisi khususnya Polantas di masyarakat memang lebih banyak menonjol sisi negatif ketimbang sisi positifnya. Mengapa? Mungkin masyarakat banyak yang merasa di kecewakan atau diperlakukan tidak adil oleh "oknum" polisi. Sedang kabar negatif lebih cepat menyebar ketimbang kabar positif. Ya itulah budaya bangsa kita yang sering membesarkan masalah kecil, dan kurang menghargai kerja keras dan usaha orang lain. Untuk hal positif dan prestasi masyarakat seolah tutup mata, tutup telinga seakan tak peduli. Tapi untuk kesalahan kecil yang sebenarnya belum mereka ketahui secara pasti kebenarannya, mereka besar-besarkan, hingga berita tersebut tersebar meluas.

Tak perlu saling menyalahkan dalam hal ini, semua pasti ada salah dan benarnya.Yang terpenting adalah semua pihak mau memperbaiki diri. Caranya mulai dari diri sendiri. Jika setiap diri individu mulai introspeksi dan mulai memperbaiki dirinya sendiri kearah yang lebih baik, tentu satu institusi, satu lingkungan masyarakat atau bahkan satu negara dengan sendirinya akan jadi lebih baik. Tidakkah kita semua rindu akan Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang jaya dan disegani oleh negara lain? Demi Tuhan aku sangat merindukannya, aku rasa ini bukan hal yang tak mungkin.


Kepada para polisi, yuk tegakkan hukum di Indonesia setegak-tegaknya. Jangan setengah hati, berbuat adil lah, bekerjalah dengan hati, untuk membela yang benar dan menindak yang salah. Jangan tergoda dengan hal kecil yang bisa mencoreng nama baik institusi.


Aku bukan politikus, bukan pejabat atau apapun. Aku hanya anggota masyarakat yang haus akan kedamaian ... Pada siapa lagi aku bisa menggantung mimpi dan harapan kami jika tidak pada kalian. Yuk polisi borgol kami dengan cintamu ...


Senin, 20 Juli 2015

Di Polrestabes ku tambatkan hatiku ...





Kepolisian, bagian yang sempat terlupakan dalam kehidupanku.Meski aku kecil bercita-cita ingin menjadi seorang polwan tapi kesibukanku di pekerjaanku yang sekarang membuatku hampir melupakan mimpi masa kecilku. Berseragam keren punya postur tubuh yang keren serta kuat dan punya kemampuan bela diri yang bagus sehingga sebagai seorang wanita bisa merasa aman kemanapun hendak bepergian seorang diri. Itu yang aku bayangkan tentang seorang polisi di masa kecilku.

Kerjaanku yang sekarang pun masih mengharuskanku berhubungan dengan banyak orang. Semakin lama aku bekerja di perusahaan keuangan itu, aku semakin menikmati peranku sebagai seorang konsultan keuangan yang mengharuskanku menjumpai banyak orang dengan berbagai profesi dan berbagai karakter. Sekarang aku tak pernah merasa canggung lagi berhadapan dengan siapapun dan profesi apapun. Seperti contoh aku pernah menjumpai seorang direktur utama sebuah perusahaan pengolahan kapur yang berlokasi di daerah Padalarang. Beliau dominan berkarakter keras karena beliau adalah sosok seorang pemimpin.Konsultan keuangan yang sedikit ragu menjelaskan dengan mudahnya beliau drop out tanpa pandang bulu. Karakter type ini mengharuskanku bersikap profesional dan berbicara seperlunya.

Ada juga yang pernah ku jumpai adalah seorang manager produksi di sebuah perusahaan penghasil marmer yang berlokasi di sekitar Padalarang juga. Pada dasarnya beliau baik dan ramah tapi gemar berdebat dan adu argumen tentang perencanaan keuangan. Type ini mengharuskanku sedikit bersabar meladeni semua hal yang beliau perdebatkan. Kadang harus mengalah terlebih dulu untuk mendapatkan kemenangan di akhir ketika menghadapi seseorang dengan karakter ini.

Pengalaman lain ketika aku harus melakukan sosialisasi di sebuah perusahaan yang bergerak di distrbusi alat kesehatan yang berlokasi di jalan M. Toha. Sosialisasi kulakukan sendiri sedang di kantor tadi jam kerja sudah berakhir. Alhasil sekitar 12 orang karyawan bagian pemasaran mulai dari kepala bagian, supervisor, beberapa sales dan supir berkumpul dalam satu ruangan berhadapan denganku yang hanya sendiri. Dihujani berbagai pertanyaan tentang perencanaan keuangan dari 12 orang tadi tak membuatku gentar. Dengan senang hati aku menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka satu per satu. Untungnya suasana kekeluargaan dikantor itu sangat terasa sehingga membuatku merasa berada di kantor sendiri. Dan tugasku disana berakhir dengan penuh kekeluargaan.

Satu lagi pengalaman berharga lainnya ketika aku harus melakukan sosialisasi diluar kota, Jakarta tepatnya. Disana aku harus menjumpai seorang kepala bagian pengadaan di Direktorat Peralatan Angkatan Darat yang berpangkat letnan kolonel.Perjalanan luar kota yang jauh dan dilakukan seorang diri dengan situasi tempat yang belum aku ketahui tak menyurutkan semangatku untuk tetap pergi. Ternyata sang kepala bagian yang aku jumpai berkarakter ramah, humoris dan senang mengobrol. Terbawa karakter dan pembawaannya yang nota bene adalah seorang pemimpin aku terhanyut dengan obrolan yang banyak bercerita tentang pengalaman kerja sebagai anggota TNI AD yang diawali dari merangkak di bawah hingga sekarang sukses dan berpangkat tinggi. Tanpa bicara tentang perencanaan keuangan sang kepala bagian ini bersedia menjadi nasabahku dengan premi lumayan. Pengalaman menarik untuk pekerjaanku adalah bahwa teori tak selamanya berlaku. Dan type inilah yang paling aku suka.



Kali ini tempat yang akan aku kunjungi adalah Polrestabes Bandung. Yang akan aku jumpai adalah bagian staf Urmintu Satlantas Polrestabes, bernama Bripka Iman Rachman, SE. Memasuki area kantor kepolisian adrenalinku bangkit kembali, aku teringat cita-cita kecilku. Seragam kebanggaan ku dulu, kendaraan dinas yang aku mimpikan dulu mulai bangkit kembali dan memenuhi memori di kepalaku. Ada rasa berbeda memasuki kantor tersebut. Tapi ada juga rasa menyesal kenapa dulu aku tak konsisten mengejat mimpi. "Siang pak," sapaku pada beberapa anggota polisi yang bertugas di pos penjagaan. "Kalau mau bertemu pak Iman Rachman sebelah mana ya?" Petugas tadi menunjukan ruangan kerja pak Iman yang terletak di lantai atas.

Memasuki ruang kerja pak Iman, aku disambut senyum yang amat ramah. Duduk di salah satu ruangan dengan meja kerja, seperangkat komputer dan setumpuk berkas.Mulai mengobrol dengannya, mendengarkannya bercerita timbul  perasaan betah.Pak Iman sosok seorang polisi yang ramah namun agak pendiam. Ku pandangi wajahnya, senyum dibibirnya serta sinar dimatanya. Aku seolah memandang karya cipta terbaik dari sang pencipta. Maha suci Allah yang telah menciptakannya dengan bentuk yang demikian sempurna. Dari ujung kaki hingga ujung kepala tak ada satupun bagian yang tak kusuka. Senyum sapanya yang hangat dan pandangannya yang bersahabat sanggup merontokkan semua pandanganku tentang polisi yang arogan dan sombong. Wajahnya yang teramat ganteng mampu membuyarkan misi awalku datang kesana. Hmm andai aku bisa menikmati pemandangan ini setiap hari ... Kali ini aku tak tahu strategi mana yang harus ku pakai, ough.

Ternyata dari pertemuan awal tadi, yang berlanjut kepertemuan kedua, ketiga dst aku jadi tahu bahwa polisi adalah cita-cita pak Iman dari kecil. Pastinya beliau sangat bangga bisa menjadi seorang pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Memberi ketenangan dan keamanan pada masyarakat terutama para pengguna jalan. Mungkin mempunyai nilai ibadah tersendiri buatnya menjalani profesi ini. Ikhlas menjalankan tugas adalah prinsipnya dengan mengedepankan senyum, sapa, salam serta sopan santun dalam melaksanakan tugas. Oh andai seluruh polisi di Indonesia seperti pak Iman mungkin takkan ada lagi masyarakat yang takut ketika melewati operasi razia polisi.

Disatu kesempatan aku mengajak pak Iman dan rekannya karaoke. Kami berangkat bersama dari Polrestabes menuju salah satu tempat karaoke di daerah Braga City Walk. Booking ruangan, memasuki ruangan dan siap bernyanyi.  Hal yang membuatku takjub ternyata para polisi tadi memiliki bakat yang luar biasa di dunia tarik suara. Suara mereka bagus. Semua lagu yang mereka nyanyikan dikesempatan kali itu dengan genre apapun pop, dangdut, rock, barat maupun Indonesia asyik sekali mereka bawakan. Sambil sesekali kami joget dan tertawa bersama. Ternyata mereka memiliki pribadi yang asyik dalam bergaul. Dan aku tak ragu berteman lebih jauh bahkan bersahabat dengan mereka. 3 jam bersama mereka kala itu cukup membuatku tahu sisi kehidupan mereka diluar tugas sehari-hari.

Buat pak Iman sahabatku, polisi adalah cita-cita mulia. Tetaplah menjadi polisi yang baik, tetaplah menjadi polisi yang konsisten ikhlas dalam menjalankan tugas, mengayomi, melindungi dan menjaga masyarakat dengan keramahan, sopan dan santun. Semoga sukses ada didepanmu dan semoga bisa menjadi pimpinan tertinggi di institusi serta mampu membuat perubahan kearah yang lebih baik. Aamiin... 



Memandangi wajahmu, senyum dibibirmu dan sinar dimatamu, hmm mungkin aku telah jatuh hati ...

Kamis, 16 Juli 2015

Pengabdian VS citra negatif Polantas



Berteman beberapa anggota polisi pengalaman baru buatku. Pakaian seragam keren ditambah fitur pribadi yang keren pula membuatku bangga melihat dan berteman dengan mereka. Terlebih, dulu aku bercita-cita ingin menjadi seorang polwan, tapi jalan hidup menentukanku menjadi seorang financial consultant di salah satu perusahaan keuangan terkemuka di Asia. Mendengar teman polisiku bercerita adrenalinku seakan timbul kembali, aku ingin tahu lebih banyak tentang mereka.

Nat kenapa sih temennya koq polisi semua, kaya gak ada temen lain... mereka itu kan bla... bla...bla...
Tak sedikit temanku yg lain memberi komentar negatif tentang para polisi. Aku pikir kenapa mereka demikian miring tanggapannya, kenapa mereka seolah membenci para polisi. Berikut beberapa tanggapan negatif mereka

  • Sebel sama polisi kenapa klo ngomong harus bentak-bentak. katanya pengayom masyrakat ngomong aja kasar, mentang-mentang polisi.
  • Aku punya SIM, pake helm, lampu nyala cuma STNK belum bayar pajak. Kenapa aku harus ditilang?
  • Polisi beraninya sama rakyat kecil, sampe kemana juga salah aja terus rakyat tuh. Coba klo keluarga polisi melanggar juga gak berani ditindak.
  • Jangan ngomongin polisi, sakit hati aku. Motorku gak tahu kemana hilang ditilang polisi.
  •  

Itu beberapa contoh isi hati yang keluar dari beberapa anggota masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil. Mau tak percaya, tapi mereka mengalaminya sendiri. Dan tak mungkin ada keluhan jika tak ada kejadian yang tak diinginkan. Dan itu mungkin sisi kelam dari polisi.



Tapi dari pengalaman pribadiku sendiri, walau masih ada beberapa kekurangan disana sini, polisi terus memperbaiki citranya. Itu yang aku lihat. Contohnya ketika aku mudik saat lebaran tiba. Ratusan polisi siap memberi kenyamaan pada masyarakat yang hendak mudik.Juga didukung perlengkapan yang canggih seperti cctv, drone dll. Lebaran mereka tetap stand bye. Panas, hujan, debu tak lagi mereka hiraukan. Keluarga mungkin buat mereka urusan keberapa karena yang terpenting buat mereka adalah keamanan dan kelancaran di jalan. Kalau sekiranya mereka membentak atau bicara dengan nada tinggi mungkin karena mereka capek dan walau bagaimanapun mereka juga manusia biasa yang tak luput dari khilaf. 

Dari hal-hal diatas aku bisa simpulkan beberapa hal. Pertama kita tak bisa menyalahkan institusi polisi untuk hal-hal negatif tadi. Institusi didunia manapun tak ada yang jelek. Kedua jika kita lihat dari sudut personil. Mungkin personil disini bisa dibagi menjadi 3 golongan karakter yaitu, Polisi baik yang tak sedikit jumlahnya. Polisi dikategori ini memiliki dedikasi yang tinggi dan mengamalkan Tri Brata.Dan polisi di golongan baik ini benar-benar menjalankan tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Mereka mampu bertindak tak pandang bulu dalam menjalankan tugas. Mereka tegas menentukan yang salah itu salah dan yang benar itu benar.Bahkan aku sempat membaca kisah nyatanya di youtobe seorang polisi menilang istrinya sendiri karena melakukan pelanggaran di jalan. Polisi seperti inilah yang patut kita acungkan jempol buat kinerjanya. Dan masyarakat mungkin tak banyak tahu. Ada juga polisi   yang berkarakter biasa-biasa saja. Mungkin dikarakter ini dedikasi dan prestasi mereka tergolong biasa saja.Tak punya prestasi lebih tapi mereka tak melakukan pelanggaran. Yang sering menjadi masalah adalah polisi dengan karakter buruk atau oknum. Mungkin di type karakter inilah keluhan dari masyarakat sering terjadi.Mungkin polisi yang tergolong buruk ini sanggup melakukan apapun untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Tapi perlu juga kita ketahui bahwa type seperti ini tak hanya ada di kepolisian. Mungkin sampai wilayah kecamatan dan desa sekalipun ada oknum seperti itu. Mengurangi atau bahkan menghilangkan para oknum hanya bisa dilakukan jika institusi berniat dan bersungguh-sungguh untuk memperbaiki citra institusinya. Dan ini butuh proses yang panjang, tapi bukan merupakan hal yang tak mungkin. Butuh keseriusan dan kerjasama dari banyak pihak.

Tak ada untungnya saling menyalahkan satu sama lainnya Jika ingin maju tugas kita semua berbenah diri, memperbaiki kualitas diri. Polisi harus terus merubah sikap dari yang berkarakter buruk menjadi berkarakter baik. Masyarakat jangan hanya bisa menyalahkan, tapi lakukan juga perbaikan. Disiplin dalam berkendara mungkin target utama kita. Yuk sama-sama lakukan perbaikan untuk Indonesia lebih maju. Maju terus polisi Indonesia, kami bangga berada di belakangmu ...


Perbadaan Asuransi convensional dan Asuransi syariah

"Bu Natalia apa sih bedanya asuransi convensional sama asuransi syariah ....?" 1. Akadnya. Syariah menggunakan akad ta...