Waktunya pulang, pikirku sore itu. Waktu saat itu menunjukkan pukul 3 sore. Aku adalah karyawan sebuah toko kaset yang cukup terkenal di kota Bandung. Kalau shif pagi jam kerjaku dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore. Jam pulang yang menyenangkan, belum terlalu sore, jadi aku bisa jalan dulu sebelum pulang kerumah. Di Bandung aku kos di sebuah rumah di jalan Warung Jambu Bandung. Ibu kos di rumah itu sangat baik, aku sering di perlakukan seperti keluarga mereka. Aku memang beruntung dapat tempat kos di rumah tersebut. Aku merantau ke Bandung, orang tua dan adik-adikku tinggal di Sumatera, di sebuah pulau kecil bernama Belitung. Aku anak ke pertama dari empat bersaudara.
Setelah aku bereskan barang-barangku, ku sisir rambutku dan kurapikan make up ku, aku berpamitan untuk pulang kepada teman-teman shif siangku.Senangnya, pikirku. Apalagi hari itu aku juga gajian. Hmm, waktunya cuci mata, pikirku.Aku pun berjalan menuju sebuah supermarket yang letaknya tak jauh dari toko kaset tempatku bekerja. Seperti biasa, yang kutuju adalah sejenis shampo, sabun, body lotion dan beberapa kosmetik.Meski di rumah perlengkapan mandiku masih banyak, tetap saja aku ingin membelinya. Setelah kurasa cukup, akupun antre di kasir.
Tiba-tiba SMS masuk, "Maya kamu lagi dimana? aku lagi di Kosambi dekat tokomu." pesan dari Agus sahabatku. "Aku di Yogya sebelah" balasku. "OK aku kesana," jawab Agus lagi. Beberapa saat kemudian Agus pun telah berada di depanku. "Hai, jalan yuk!" ajaknya. "Males ah, hari ini aku capek banget pengen cepet pulang," jawabku. "Please Maya, temenin aku jalan ya, aku lagi butuh temen ngobrol," kata Agus sedikit memohon padaku."Kenapa gak ngajak Indah aja sih?" tanyaku. "Itu dia yang pengen aku obrolin ke kamu, tentang Indah, please ya, I need you by my side right now," kata Agus kembali berusaha meyakinkankan. " Ayo deh, tapi traktir aku ya," jawabku setengah bercanda. "Beres, kapan sih aku gak traktir kamu," kata Agus meledekku. "Kemaren, waktu kita jalan ke Merdeka," kataku tak mau kalah. "Hahaha masih inget aja, itukan cuma sekali, lagian kamu sih maksa ngajak makan padahal aku belum ke ATM" jawab Agus kembali."Iya, iya deh ..." jawabku mengalah. Kemudian kami berjalan menuju mobil Agus yang di parkir tak jauh dari tempat itu.
Mobil pun melaju ke jalan Setiabudi, menuju arah Lembang. "Kemana nih kita?" tanyaku. "Kita ke daerah atas ya aku lagi pengen ngadem nih" ajak Agus. "Ya udah" jawabku singkat. "Gemana hari ini, bagus omzetnya?" tanya Agus. "Ya lumayanlah," jawabku. Jarak Kosambi-Setiabudi lumayan jauhlah. Tapi daerah Setiabudi itu masih berudara dingin dan sejuk, pemandangannya bagus pula, betah deh berlama-lama disana.
"Rumah makan sunda ya," ajak Agus. "OK," jawabku. Mobil pun parkir disebuah rumah makan sunda yang lumayan besar di daerah tersebut.
Suasana di rumah makan tersebut memang benar-benar asri. Sayup-sayup terdengar lagu dari live music corner. Kami memilih tempat di sebuah saung dekat kolam ikan. Benar-benar bikin betah. "Kamu pesen apa May?" tanya Agus. "Biasa ajalah, nasi timbel komplit," jawabku. Agus pun memesan menu yang sama. Ku lihat Agus tidak seceria biasanya. Biasanya dari mulai kami bertemu sampai kita pulang, gak ada berentinya tertawa. "Hey what happen with you guy?" tanyaku mulai penasaran. Aku lihat Agus mulai salah tingkah, dia seperti menyimpan sesuatu. "Hey come on tell me, we've promised that not secret between us right?" Agus tersenyum getir. Baru sekarang aku lihat temanku ini berwajah murung. "May, aku kemaren lihat Indah sama cowok, aku rasa cowok itu bukan cuma teman, I think there are something special between them." aku mulai menangkap masalahnya."How did you know?" tanyaku. "Aku lihat ada dusta dimata Indah" Agus menjelaskan. Memang bibir bisa dengan mudah berdusta, tapi mata tidak. Aku pandangi wajah temanku, terlihat jelas kalau dia sedang sedih. Kami terdiam beberapa saat. Tapi kemudian aku tersentak, "Hey udah dong, jangan bengong terus kaya gitu ah, mana Agus temen gue yang alergi frustasi hah? Baru aja segitu udah nangis," kataku berusaha mengalihkan perhatian Agus. "Hahaha, iya bener ya, tapi aku memang ngerasa sakit hati May," Agus mulai bersemangat. "Berarti kamu harus mulai lupain Indah, masih banyak koq Indah Indah yang lain, betul gak jo?" kadang-kadang aku memanggil Agus dengan nama bejo hehe. Agus pun tersenyum lebar. "Iya bener ya May, aku ngakunya aja playboy, baru segitu doang udah koleps hehehe." Kami pun kembali ceria seperti semua. "Itu baru playboy cap bejo, hahaha," pesanan kami pun datang, dan kami makan dengan lahap. Aku suka jadi sahabat kamu Gus, pikirku dalam hati.
Komentar
Posting Komentar